Dan ketika lahir Sukacitaku, aku membopongnya dan berteriak dari bubungan atap, "Kemarilah..tetangga-tetanggaku, datang dan lihatlah, hari ini Sukacitaku telah lahir.Datang dan lihatlah si pembawa bahagia yang tertawa di bawah sinar matahari."
Tetapi tak ada satu pun tetanggaku yang datang untuk melihat Sukacitaku, dan aku betul-betul tak habis fikir.
Dan setiap hari selama tujuh purnama aku mengumumkan Sukacitaku di bubungan atas_tetap saja tak seorang pun mengangkat muka ke arahku. Aku dan Sukacitaku kesepian, tak dipandang dan tak dikunjungi.
Kemudian Sukacitaku memucat dan letih karena tak ada hati lain kecuali hatiku yang mencintainya dan tak ada bibir lain yang mencium bibirnya.
Maka Sukacitaku mati dalam Keterasingan.
Dan sekarang aku hanya bisa mengenang Sukacitaku yang mati di saat aku mengenag almarhum Dukacitaku, tetapi Kenangan adalah daun musim gugur yang bergerisik sebentar dalam tiupan angin dan sesudahnya tak terdengar lagi.
Rabu, 08 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkanlah sedikit komentar..karena akan sangat berkesan bagi saya,