Tampilkan postingan dengan label Karya Khalil Gibran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karya Khalil Gibran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 November 2010

Nasihat Jiwaku

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku. Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai. Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain;
Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal. Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,
Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;
tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman.
Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir,
Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibirHingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.
Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga;
Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,
Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku.Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat;
Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.
Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga,
dan yang tak pernah dapat dilihat mata.
Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun-kebun,Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa;
Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,
Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa muliakerana pujianDan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.
Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku;
Tapi sekarang aku belajar;
Bahwa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panasDan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin.
Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,
Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani,Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawandalam pemberontakan.
Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanahyang sama darimana semua manusia diciptakan.
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.
Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,
Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka.
Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;
Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka.
Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,
Bahwa laguku tidak diciptakan dalam diriku;Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya,
Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai-dawaiku,Aku bukanlah pemain kecapi. Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini:
"Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok.
" Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai;
Tapi kini aku terdidik perkara ini :
Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.
Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza di antara kita.
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku,
Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini.

Keindahan

Keindahan menjadi milik usia muda,
tapi keremajaan yang untuknya dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran.
Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan?
Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian.
Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaansedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari?
Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan hari.
Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati dan beku;
banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak;
dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan,
melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun kerana kehilangan kebahagiaan.Usia tua adalah permukaan kulit bumi;
ia harus,
melalui cahaya dan kebenaran,
memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yangada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan merekahingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang sedang tumbuh dengan kebangkitan baru Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual,
dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas,sebagai pemahaman keindahan kewujudan melaluirasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut

Bagi Sahabatku Yang Tertindas

Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan,
diberi makan pada dada penurunan nilai,
yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani,
engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir.
Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan isterinya,
anak-anaknya yang masih kecil,
sahabat-sahabatnya,
dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka sebut 'keperluan'.
Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya,
yang hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas.
Wahai tawanan yang dilemparkan ke dalam kegelapan kerana kejahatan kecil yang dibuat seumpama kejahatan besar oleh mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan,
dibuang dengan kebijaksanaan yang ingin mempertahankan hak melalui cara-cara yang keliru.
Dan engkau, Wahai wanita yang malang,
yang kepadanya Tuhan menganugerahkan kecantikan.
Masa muda yang tidak setia memandangnya dan mengekorimu,
memperdayakan engkau,
menanggung kemiskinanmu dengan emas.
Ketika kau menyerah padanya, dia meninggalkanmu. Kau serupa mangsa yang gementar dalam cakar-cakar penurunan nilai dan keadaan yang menyedihkan.
Dan kalian, teman-temanku yang rendah hati,
para martir bagi hukum buatan manusia.
Kau bersedih, dan kesedihanmu adalah akibat dari kebiadaban yang hebat,
dari ketidakadilan sang hakim, dari licik si kaya,
dan dari keegoisan hamba demi hawa nafsunya Jangan putus asa,
kerana di sebalik ketidakadilan dunia ini,
di balik persoalan, di balik awan gemawan,
di balik bumi, di balik semua hal ada suatu kekuatan yang tak lain adalah seluruh kadilan, segenap kelembutan, semua kesopanan, segenap cinta kasih.
Engkau laksana bunga yang tumbuh dalam bayangan.
Segera angin yang lembut akan bertiup dan membawa bijianmu memasuki cahaya matahari tempat mereka yang akan menjalani suatu kehidupan indah.Engkau laksana pepohonan telanjang yang rendah kerana berat dan bersama salju musim dingin. Lalu musim bunga akan tiba menyelimutimu dengan dedaunan hijau dan berair banyak.Kebenaran akan mengoyak tabir airmata yang menyembunyikan senyumanmu. Saudaraku, kuucapkan selamat datang padamu dan kuanggap hina para penindasmu.

Senin, 01 November 2010

Kata Selembar Kertas Seputih Salju

Kata selembar kertas seputih salju,"Aku tercipta secara murni, kerana itu aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih daripada menderita kerana tersentuh kegelapan atau didekati oleh sesuatu yang kotor." Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang hitam, tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warna pun mendengarnya, dan mereka pun tak pernah mendekatinya. Dan selembar kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya -suci dan murni- dan kosong.

Syukur

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran terpahat di bibir senyuman

Kisahku

Dengarkan kisahku... . Dengarkan,
tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku:
kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku..
Jika kita mencintai,
cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita.
Jika kita bergembira,
kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri.
Jika kita menderita,
kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kau anggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa,
dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat,
ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran,
yang terbuka namun rahsia;
ia hanya dapat difahami melalui cinta,
hanya dapat disentuh dengan kebaikan;
dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal wap.

Tnya Sang Anak

Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibuSerta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!Ibu!
Mengapa aku dilahirkan wanita?Sang ibu menjawab,
"Kerana ibu lebih kuat dari ayah!
"Sang anak terdiam dan berkata,"Kenapa jadi begitu?
"Sang anak pun bertanya kepada sang ayah
!Ayah!
Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,"Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah!
Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab," Iya,
kau adalah yang terkuat!"
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah!
Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,"Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!
""Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?
" Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan.
"Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam.
Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,"Kau, kau adalah cinta kami sayang.." :+: Khalil Gibran :+:

Setetes Airmata dan Seulas Senyuman

Takkan kutukar dukacita hatiku demi kebahagiaan khalayak.
Dan, takkan kutumpahkan air mata kesedihan yang mengalir dari tiap bahagian diriku berubah menjadi gelak tawa.
Kuingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman.
Setitis airmata yang menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman rahsia kehidupan dan hal ehwal yang tersembunyi.
Seulas senyuman menarikku dekat kepada putera kesayanganku dan menjelma sebuah lambang pemujaan kepada tuhan.
Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati;
Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan.
Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan berbanding jika aku hidup menjemukan dan putus asa.
Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahan yang ada di dasar jiwaku setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan orang.
Telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu lebih manis daripada melodi yang termanis.
Ketika malam tiba bunga menguncupkan kelopak dan tidur, memeluk kerinduannya.
tatkala pagi menghampiri, ia membuka bibirnya demi menyambut ciuman matahari.
Kehidupan sekuntum bunga sama dengan kerinduan dan pengabulan.
Setitis airmata dan seulas senyuman.
Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadi segumpal mega.
Awan terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa angin sepoi bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya.Kehidupan awan-gemawan itu adalah sesuatu perpisahan dan pertemuan.
Bagai setitis airmata seulas senyuman.
Dan, kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan dukacita dan dataran kebahagiaan.
Menuju samudera cinta dan keindahan - kepada Tuhan.

Lagu Ombak

Pantai yang perkasa adalah kekasihku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.
Kupergi padanya dengan cepatLalu berpisah dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali.
Aku segera bergerak diam-diamDari balik kebiruan cakerawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah. Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada.
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cintadi telinganya, dan dia memelukku penuh damba
Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doaSeribu sayang, aku selalu berjaga sendiri
Menyusut kekuatanku.
Tetapi aku pemuja cinta,
Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
Mungkin kelelahan akan menimpaku,
Namun tiada aku bakal binasa.

Alam & Manusia

Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya,
"Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?'
Dan sungai itu menjawab,
'Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah,
meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk." Dan aku mendengar burung-burung menangis,
dan aku bertanya,
"Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?" Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku,
dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata,
"Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya.
Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain,
sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia.
Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi.
"Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota.
Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri,
'Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?'

Perjamuan Jiwa

BANGUNLAH, Cintaku.
Bangun!
Kerana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut,
dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamukBangunlah,
kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki. Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun sendiri,
rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu. Aku telah membuang bukuku,
kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku,
Cintaku,
kerana takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku,
kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku!Bangun,
bangunlah,
Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu,
Cintaku!
Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku,
beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku.
Di sinilah aku berdiri,
dibawah bunga-bunga pohon badam,
memenuhi panggilan jiwamu. Bicaralah padaku,
Cintaku,
dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon.
Bicaralah.
Tak ada yang akan mendengar selain diriku.
Malam telah melarutkan semua manusia ditempat tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh daratan Lebanon,
Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam,
jubah tebal membentang dihembus asap dari cerobong kain,
dihembus nafas kemari, dan mengelarnya di telapak kota,
Cintaku. Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri mimpi,
Cintaku.
Lelaki-lelaki longlai menggendong emas,
dan tebing curam yang akan dilalui melemaskan lutut mereka.
Mata mereka mengantuk kerana dililit kesulitan dan ketakutan.
Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan,
Cintaku.
Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah.
Jiwa para raja melintasi bukit-bukit.
Fikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan bangsa Chaldea,
kemegahan Arab. Di lorong-lorong gelap,
jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan,
muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng,
dan rasa sakit berdengung kematian,
muntah-muntah sepanjang jalan.
Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah. Ranting-ranting berayun-ayun,
Cintaku,
dan desirnya bertemu dengan alunan anak sungai di lembah.
Syair-syair Sulaiman,
nada kecapi Daud dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.
Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur,
ibunya mengeluh di atas kamar kesedihan,
dan kekecewaan telah jatuh dari langit.
Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah.
Aku mendengar rintihan pahitnya.
Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar.
Terbawa angin sepoi-sepoi menuju perbukitan,
harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang. Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit.
Seperti panah rahsia yang tajam,
racun itu telah menembusi perasaan dan meracuni udara.
Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi,
Cintaku,
dan jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap.
Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan kemenangan.
Desa-desa,
yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah,
bangun,
loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk mula berdoa.
Dan dari gua-gua,
gema-gema juga berdengung,
seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan khusyuknya.
Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya,
biri-biri dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang berembun dan berkilatan cahaya.
Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil mengamatinya di balik lelalang.
Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi.
Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota.
Tirai telah diselak dari jendela dan pintu pun terbuka.
Mata yang penat dan wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya.
Mereka merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka,
dan riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan.
Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa,
dan di mana-mana terdengar desingan besi,
pusingan roda dan siulan angin.
Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.
Betapa indah hidup ini,
Cintaku,
seperti hati penyair yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati.
Dan betapa kerasnya hidup ini,
Cintaku,
seperti dada penjahat, yang berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut

Selasa, 12 Oktober 2010

Raja yang Bijaksana

Suatu ketika berkuasalah di kota Wirani seorang raja yang perkasa dan bijaksana. Ia takut pada keperkasaannya dan mencintai kebijaksanaanya. Di jantung kota itu ada sebuah sumur, yang airnya dingin dan jernih, dan di sana semua penduduk mengambil air minum, termasuk raja dan para punggawanya; sebab tak ada sumur yang lain. Suatu malam ketika semua terlelap, seorang penyihir memasuki kota, dan menuangkan tujuh tetes cairan aneh ke sumur, dan mengatakan, "Sejak sekarang siapa pun yang minum air sumur ini akan menjadi gila." Besok paginya semua orang, selain raja dan bendahara istana, mengambil minum dari sumur itu dan menjadi gila, sebagaimana yang dikatakan si penyihir. Dan sepanjang hari orang-orang di lorong jalanandan di pasar saling berbisik satu sama lain, "Raja menjadi gila.Raja kita dan tuan bendahara kehilangan akal..Tentunya kita bisa diperintah oleh raja gila. Kita harus menurunkannya." Sore itu sang raja memerintahkan piala emasnya diisi dengan air sumur. Dan ketika piala itu dibawa kepadanya, ia segera menegak isinya, dan memberikannya kepada sang bendahara agar minum juga. Dan seluruh penduduk kota Wirani bergembira, karena sang raja dan bendahar istana kembali waras.

Kamis, 07 Oktober 2010

Buah Delima

Sekali waktu,ketika aku hidup di jantung buah delima,aku mendengar sebutir biji berkata,"Suatu hari aku akan menjadi pohon,dan akan bernyanyi di cecabangku,dan matahari akan menari di dedaunku,dan aku akan menjadi kuat dan cantik di segala musim."

Lalu biji yang lain berkat,"Di saat aku semuda engkau,aku juga berpikir begitu,tetapi setelah aku bisa menimbang dan mengukur banyak hal,aku tahu itu hanya harapan kosong."

Dan biji ketiga ikut berbicara,"Aku tidak melihat apa-apa pada kita yang menjajikan kejayaan masa depan."

Dan biji keempat mengatakan,"Dan betapa nistanya hidup kita kelak,tanpa kejayaan masa depan."

Berkata biji kelima,"Mengapa berselisih tentang masa depan,ketika kita tidak mengenal diri kita sendiri."

Namun biji keenam menyahut,"Apapun kita,itulah yang kelak akan kita jalani."

Dan biji ketujuh berkata,"Aku punya gagasan yang jernih tentang bagaimana segala sesuatu akan terjadi,tetapi aku tidak punya kata-kata untuk menyampaikannya."

Kemudian biji kedelapan berkata--dan yang kesembilan--dan yang kesepuluh--sampai semua bicara,dan aku tidak menemukan perbedaan sama sekali pada semua suara itu.

Karena itu aku berpindah hari itu juga ke jantung buah apel,yang bijinya sedikit dan hampir-hampir tanpa suara.

Mata

Berkata Mata suatu hari,"Aku melihat di balik lembah ini ada sebuah gunung yang diselimuti kabut biru.Bukankah itu sangat indah?"

Telinga mendengarkan,dan setelah itu ia berkata,"Tapi dimana ada gunung? Aku tidak mendengarnya."

Kemudian Tangan berkata,"Aku berusah keras untuk merasaknnya atau menyentuhnya,dan tak kutemukan satu gunung pun."

Dan Hidung berkata,"Tidak ada gunung sama sekali,aku tak bisa membauinya."

Maka Mata meninggalkan mereka,dan mereka semua mulai bergunjing tentang khayalan aneh si Mata.Dan mereka berkata,"Pasti ada yang tak beres dengan Mata."

Bahasa Lain

Tiga hari setelah aku lahir,saat aku berbaring di ayunan sutera, menatap cemas dunia baru di sekelilingku, ibuku berkata kepada perempuan yang menyusuiku, " Bagaimana anakku?"

Dan ibu susuku menjawab, "Ia baik-baik saja,Nyonya, aku telah menyusuinya tiga kali; dan tak pernah sebelumnya kulihat bayi semuda ini tetap begitu riang."

Dan aku marah; dan aku meradang, "Itu tak benar, Ibu; kasurku keras, dan susu yang kuisap rasanya menyakiti mulutku, dan bau payudaranya menusuk hidungku, aku sungguh menderita."
Namun ibuku tidak paham, begitu juga ibu susuku; karena aku berbicara dengan bahasa dari tempat asalku.

Dan pada hari kedua puluh satu,saat aku dibaptis, pendeta mengatakan kepada ibuku, " Kau pantas berbahagia , Nyonya, bahwa anakmu Kristen sejak lahir."

Dan aku terperangah,_dan aku berkata kepada si pendeta, "Jadi ibumu di Surga tidak akan berbahagia,karena kau tidak Kristen sejak lahir."
Namun si pendeta juga tidak memahami bahasaku.

Dan setelah tujuh bulan, suatu hari seorang peramal melihatku, dan ia berkata kepadaku ibuku, "anakmu akan menjadi seorang negarawan dan pemimpin hebat."

Tetapi aku berteriak,_"Dia nabi palsu; aku akan menjadi musisi; aku tak akan menjadi apa pun yang lain kecuali musisi "
Tetapi saat itu pun bahasaku tetap tidak dipahami_dan itu sungguh mengejutkan bagiku.

Dan setelah tiga puluh tiga tahun, dalam rentang waktu itu ibuku,perawatku, dan si pendeta sudah meninggal ( semoga Tuhan menaungi mereka), si peramal tetap hidup. Dan kemarin aku bertemu dengannya dekat gerbang kuil; dan saat kami bercakap-cakap, ia mengatakn, "Aku tahu sejak awal bahwa kau akan menjadi musisi besar. Bahkan di masa bayimu aku sudah menyampaikan nubuat dan ramalanku tentang masa depanmu."

Dan aku mempercayainya_karena sekarang aku pun telah lupa pada bahasa dunia lain itu.

Rabu, 06 Oktober 2010

Ibu

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia. Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya. Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian. Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian.

Minggu, 03 Oktober 2010

Surat dari Kekasih

Untukmu yang selalu Kucintai, Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita, meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu walaupun hanya sepatah kata. Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu…. Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja… Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu. Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk… Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapaKu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan, tetapi engkau tidak melakukannya….. Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu- waktu untukKu dilupakan. Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan. Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba. Baiklah….. engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu… Tapi yang Kutunggu … ah tak juga kau menyapaKu. Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU…. Apakah salahKu padamu …? Rezeki yang Kulimpahkan, kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan, kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ??? Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu … Kembali kepadaKu. Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu….

Orang Orangan Sawah

Sekali waktu aku berkata kepada orang-orangan sawah, "Kau tentu bosan berdiri di sawah sendirian." Dan ia berkata, "Aku merasakan kegembiraan yang dalam dan kekal dengan menakut-nakuti burung,dan aku tidak pernah bosan karenanya." Setelah merenung beberapa saat,aku berkata, "Benar,aku juga memahami kegembiraan itu." Katanya, "Hanya mereka yang berisi jerami yang bisa memahaminya." Lantas aku meninggalkannya,entah dia menyanjungku atau mencibirku. Satu tahun berlalu,dalam rentang waktu itu,orang-orangan sawah berubah menjadi filsuf. Dan ketika aku melintas lagi di dekatnya aku melihat dua ekor gagak membangun sarang di bawah topinya.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Hakikat Derita

Maju seorang wanita muda,yang meminta penjelasan soal Derita. Dan Sang Nabi terdengar bertutur kata, Perihnya sebuah derita ialah pecahnya sebuah peristiwa, Robeknya kulit ari yang membungkus kesadaran pemahaman. Sebagaimana biji mesti pecah, agar intisarinya merekah terbuka,bagi curahan cahaya Sang Surya Demikianlah pula bagimu,takkan terelakan sebuah kemestian, Mencintai derita serta memendam kepedihan Dan jika saja hatimu masih peka digetari ketakjuban, Menyaksikan kegaiban yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan, Maka derita dari rasa pedih itu takkan kurang menakjubkan, ketimbang kebahagiaan. Dan engkau pun akan ridha menerima pergantian masa dalam hatimu Laksana engkau senantiasa ridha menerima sili bergantinya perguliran masa Yang merayapi sawahmu,semusim datang dan semusim lagi pergi, Meski agak pilu,maka engkau pun akan tenang memandang, Turunnya hujan salju yang mengiris dingin. Kala musim dingin tiba,sebagai tetamu yang menyinggahi hatimu. Banyak di antara yang deritamu,ialah pilihanmu sendiri Dialah ramuan pahit pemberian hidup pada pribadi Demi penyembuhan bagian yang parah di dalam hati. Maka yakinlah tabib itu,dan reguk habis ramuan pahit kehidupan Dengan cekatan tanpa bicara Sebab tangannya,meski hitam dan keras serta terasa berat,Ia mendapat bimbingan gaib yang teramat lembut. Cangkir obat yang dibawakannya,walau terasa pahit membakar lidah, Telah dikepal-kepal oleh tangan-Nya Dari tanah liat hitam yang dibubuhi air ramuan Dari tetes air mata suci-Nya

Kamis, 23 September 2010

Nyanyian Hujan

Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga oleh dewa-dewa.
Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya.
Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh puteri Fajar,
untuk menghiasi taman-taman mayapada.
Pabila kuurai air mata, bukit-bukit tertawa;
Pabila aku meniup rendah, bunga-bunga gembira,
Dan bila aku menunduk, segalanya cerah-ceria.
Ladang dan awan mega berkasih-mesra,
Di antara mereka aku pembawa amanat setia,
Yang satu kulepas dari dahaga,
Yang lain kuubati dari luka.
Suara guruh mengkhabarkan kedatanganku
Pelangi di langit menghantar pemergianku,
Bagai kehidupan duniawi, diriku,
Dimulakan pada kaki kekuatan alam,
Dan diakhiri di bawah sayap kematian.
Aku muncul dari dalam jantung samudera,
Melayang tinggi bersama pawana,
Pabila kulihat ladang memerlukanku,
Aku turun, kubelai mesra bunga-bunga dan pepohonan
Dalam berjuta cara.
Jemariku lembut bermain pada jendela-jendela kaca
Dan berita yang kubawa membawa bahagia,
Semua orang dapat mendengarnya, namun hanya yang peka,
Dapat memahami maknanya.
Panas udara melahirkan aku,
Namun sebagai balasannya aku membunuhnya,
Laksana wanita yang mengungguli jejaka,
Dengan kekuatan yang dihisap daripadanya.
Diriku helaan nafas samudera
Gelak tertawa padang ladang,
Dan cucuran air mata dari syurga.
Maka, disertai cinta kasih -
dihela dari kedalaman laut kasih-sayang;
tertawa ria dari rona padang jiwa,
air mata dari kenangan syurga abadi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...